Cara Meningkatkan Jiwa Kompetitif
Cara Meningkatkan Jiwa Kompetitif
Penulis:
Rizki Janita
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering
menjumpai berbagai macam perlombaan, baik di TV, di lingkungan sekitar, bahkan
di internet pun kian menjamur. Berbagai macam bidang yang ditawarkan dan
tingkat kesulitan yang beragam dalam suatu perlombaan menunjukkan semakin
kompleks dan kompetitifnya perlombaan tersebut. Motif seseorang mengikuti lomba
pun bermacam-macam, untuk mendapatkan uang, memperoleh prestise dan
penghargaan, dan lain sebagainya.
Perlombaan tidak sebatas untuk itu saja,
melainkan bisa jadi jalan untuk mengasah diri dan menempa kemampuan untuk
mengetahui sampai sejauh mana kita menguasai suatu hal. Selain itu, perlombaan
pun dapat menjadi salah satu cara seseorang mendapatkan hikmah, seperti belajar
dari kesalahan bila gagal, belajar menghargai karya orang lain, belajar untuk
tetap rendah hati bila menang. Jiwa kompetitif adalah kunci seseorang dalam berlomba, jika memiliki sifat
tersebut seseorang akan sering mencari tantangan-tantangan baru dalam hidupnya,
akan berani mengikuti perlombaan serumit apapun dengan berkutat dalam bidang
yang disukainya, dan jarang risau bila ia kalah. Lalu bagaimana seseorang bisa
mengasah diri dan memiliki jiwa kompetitif?
1.Passion. Seseorang akan menjadi berani dan percaya diri jika ia berlomba di bidang
keahliannya, seseorang bergelar professor bidang biologi pun tidak akan berani
bila ia mengikuti kompetisi di bidang komputer karena itu bukan keahliannya.
Kompetitif bukan berarti berani mengikuti semua lomba di bidang apapun,
melainkan mampu menunjukkan usaha bersaing di bidang keahliannya. Oleh karena
itu, temukanlah minat atau passion, lalu kembangkan kemampuan, setelah itu
barulah coba mengikuti lomba sesuai minat.
2.Fokus pada kekuatan diri. Kita sering kali gugup ketika melihat saingan
yang terlihat hebat dalam suatu kompetisi, saingan yang berasal dari sekolah
ternama, dan lain sebagainya. Akhirnya, kita jadi tidak fokus dengan perlombaan
dan malah mengkhawatirkan kehebatan orang lain. Terserah orang lain mau tampil
sehebat apa, nama sekolahnya sementereng apa, selama kita bisa menonjolkan
kemampuan kita yang lebih, itu semua tidak jadi masalah. Juga, tidak perlu
mengagung-agungkan saingan atau bahkan merendahkan saingan, kuncinya adalah
fokus pada kekuatan diri.
3.Pasrah
Pasrah disini bukan berarti putus asa, melainkan
berusaha semaksimal mungkin, dan hasilnya kita pasrahkan kepada Tuhan. Perlu
dipahami, kompetitif bukan berarti mampu memenangkan segala lomba, tapi lebih
kepada menunjukkan usahanya untuk bersaing. Ingat ini bila ada rasa sombong,
“sehebat apapun kita jika perlombaan itu menjadi rezeki orang lain maka tidak
akan sampai kepada kita”. Bila merasa putus asa, ingat ini, “sehebat apapun
orang lain, jika perlombaan itu menjadi rezeki kita maka tidak akan berpindah
ke orang lain”. Sebagai manusia,
fokus kita dalam perlombaan adalah memaksimalkan usaha, bukan untuk memaksakan
hasil. Biarkan saja kegagalan itu menjadi pemanis dalam hidup kita untuk
tidak sombong, dan kemenangan itu menjadi pelita pengisi jiwa kita agar dapat
selalu bersyukur dan optimis. Sebagaimana istilah klasik, “bukankah kita
memerlukan matahari dan hujan untuk melihat pelangi”. Oleh karena itu,
jadikanlah kegagalan dan kemenangan sebagai hal yang mewarnai hidup kita.
Comments
Post a Comment