PERTAHANAN DIRI

PERTAHANAN DIRI
Mekanisme pertahanan diri atau yang biasa disebut "Defence Mechanisms" merupakan bentuk pertahanan diri dari setiap individu. Sebagian dari cara individu untuk mereduksi perasaan tertekan, kecemasan, stress ataupun konflik adalah dengan melakukan mekanisme pertahanan diri baik yang dia lakukan secara sadar ataupun tidak. 

Sigmund Freud menggunakan istilah mekanisme pertahanan diri (Defence Mechanisms) untuk menunjukkan proses tdak sadar yang melindungi si individu dari kecemasan melalui pemutarbalikkan kenyataan. Artinya mekanisme pertahanan diri ini merupakan bentuk penipuan diri.
Freud menyatakan bahwa mekanisme pertahanan ego itu adalah mekanisme yang rumit dan banyak macamnya. Berikut ini 7 macam mekanisme pertahanan ego yang menurut Freud umum dijumpai :
1. Represi
Mekanisme dimana seseorang yang memiliki keinginan-keinginan, impuls-impuls pikiran, kehendak-kehendak yang tidak sesuai dan mengganggu kebutuhan/motivasinya, disingkirkan dari alam sadar dan ditekan ke dalam alam bawah sadar. Secara tidak sadar seseorang menekan pikiran-pikiran yang tidak sesuai atau menyedihkan keluar dari alam sadar ke alam tak sadar.  Repression yang terus menerus akan menjadi tumpukan kekecewaan sehingga menjadi “kompleks terdesak”. Menurut Freud, represi merupakan mekanisme pertahanan yang penting dalam terjadinya neurosis. Neurosis, sering disebut juga psikoneurosis, adalah istilah umum yang merujuk pada ketidakseimbangan mental yang menyebabkan stress, tapi tidak memengaruhi pemikiran rasional.
Contoh : Seorang pemuda melihat kematian temannya waktu kecelakaan, kemudian “lupa” tentang kejadian tersebut. (lupa ini disebut amnesia yang psikogenik, bila lupa karena gegar otak maka disebut amnesia organik).

2. Sublimasi

Proses dengan apa kehendak-kehendak tidak sadar dan tidak dapat diterima, disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial yang tinggi. Dorongan atau kehendak-kehendak yang tidak dapat disalurkan menjadi aktivitas yang memiliki nilai sosial.
Contoh : Seseorang tidak suka berkelahi kemudian ia menjadi atlet petinju. Mengisap permen sebagai sublimasi kenikmatan menghisap ibu jari.

3. Proyeksi
Adalah mekanisme dengan apa seseorang melindungi dirinya dari kesadaran akan tabiat-tabiatnya sendiri yang tidak baik, atau perasaan-perasaan dengan menuduhkannya kepada orang lain. Menyalahkan orang lain mengenai kesulitannya sendiri yang tidak baik. Atau dengan kata lain, proyeksi merupakan usaha untuk menyalahkan orang lain mengenai kegagalannya, kesulitannya atau keinginan yang tidak baik.
Contoh : Seorang murid tidak lulus lalu mengatakan gurunya sentimen kepada dia.

4. Pengelakan atau Pemindahan
Proses mekanisme dimana emosi-emosi yang tertahan diberikan tujuan yang lain ke arah ideide, objek-objek, atau orang lain daripada ke sumber primer emosi. Luapan emosi terhadap seseorang atau objek dialihkan kepada seseorang atau objek yang lain.
Contoh : Seorang anak yang dimarahi ibunya kemudian dia memukul adiknya atau menendang kucingnya.

5. Rasionalisasi
Rasionalisasi merupakan upaya untuk membuktikan bahwa prilakunya itu masuk akal (rasional) dan dianggap rasional adanya, dapat disetujui, dapat dibenarkan, dan dapat diterima oleh dirinya sendiri dan masyarakat.
Contoh: Seorang anak menolak bermain bulu tangkis dengan temannya karena “kurang enak badan” atau “besok ada ulangan” (padahal takut kalah). Melakukan korupsi dengan alasan gaji tidak cukup.

6. Pembentukan reaksi
Reaksi formasi atau penyusunan reaksi mencegah keinginan yang berbahaya baik yang diekspresikan dengan cara melebih-lebihkan sikap dan prilaku yang berlawanan dan menggunakannya sebagai rintangan untuk dilakukannya.
Contoh : Seorang mahasiswa yang bersikap hormat secara berlebihan terhadap dosen yang sebenarnya tidak ia suka. Seorang anak yang iri hati terhadap adiknya, ia memperlihatkan sikap yang sebaliknya, yaitu sangat menyayangi secara berlebihan. Seorang yang secara fanatik melarang perjudian dan kejahatan lain dengan maksud agar dapat menekan kecendrungan dirinya sendiri ke arah itu.


7. Regresi
Keadaan dimana seseorang kembali ke tingkat yang lebih awal dan kurang matang dalam adaptasi. Bentuknya yang ekstrim adalah tingkah laku infantile (kekanak-kanakan). Keadaan seorang yang kembali ke tingkat perkembangan yang sebelumya dan kurang matang dalam adaptasi.
Contoh : Seorang anak yang sudah tidak ngompol, mendadak ngompol lagi karena cemas mau masuk sekolah atau mulai menghisap jempol lagi setelah ia memiliki adik, karena merasa perhatian ibunya terhadap dirinya berkurang.

Comments

Popular posts from this blog

Cara Meningkatkan Jiwa Kompetitif

ANAK MANDIRI SEJAK DINI

Meningkatkan Motivasi Belajar