EMPATI
Celestine Chua,
Master Manajemen Pemasaran dari NUS Sekolah Bisnis-Singapore, mennguraikan
tentang Apa arti empati. Empati merupakan kemampuan untuk memahami dan berbagi
rasa antar satu manusia dengan lainnya. Kemampuan untuk mengerti cara orang
lain berpikir dan merasakan, lalu mencoba menghubungkan dengan situasi yang ada
yang diri kita sendiri sedang tidak menjalani dan merasakannya. Jika dengan
sesama kita memiliki empati, kita akan mudah berbagi tanpa merasa khawatir dan
takut akan penilaian orang lain tentang apa masalah yang sedang kita hadapi.
Saat ada empati diantara sesama, empati lah yang akan menjaga perasaan satu
sama lain tetap nyaman. Bahkan, antar sesama akan mudah saling membantu tiap
masalah yang ada dan semakin menguatkan ikatan pertemanan, persaudaraan, dsb.
Empatilah yang akan menjadi media pelepasan emosi dan pikiran yang sedang tidak
sejalan.
Bagaimana cara
memiliki empati?
- Pakailah sudut pandang orang
lain, bukan menurut kita. Memberi
tanggapan dan penilaian merupakan hal yang sangat mudah, karena menurut
isi pikiran dan rasa diri sendiri. Tetapi ketika kita mencoba memakai
ukuran dan sudut pandang yang berbeda, akan terasa sulit karena banyak hal
yang kita tidak pahami akan kesulitan dan ujian menurut orang lain. Ada
suatu wilayah permasalahan setiap orang yang akan sulit dipahami oleh orang
lain. Kita sangat sulit untuk memperhatikan segala sesuatu secara detil
tentang orang lain. Hal tersebutlah yang membuat, kita pun akan sulit juga
untuk menyimpulkan dan tidak akan mudah berkomentar atau menilai semau
kita.
- Tunjukkan kepedulian. Saat
seseorang menceritakan masalahnya kepada kita artinya ia sedang merasa
tidak baik dan membutuhkan dukungan emosi yang positif. Tanyakan,
“Bagaimana perasaanmu?”, “Apa ada sesuatu yang bisa aku lakukan untukmu?”.
Tawarkan waktu untuk saling berbicara dan mendengarkan.
- Mengikuti alur perasaan orang
lain. Satu masalah besar saat
berkomunikasi dengan orang lain adalah saat kita menyanggah apa yang orang
lain yakini. Saat emosi orang dewasa sedang tinggi, kita tidak bisa
melawannya atau menyanggahnya serta mengalihkannya, seperti “Masalah gitu
aja kok, sudahlah.”, “Kamu harusnya begini, dsb.”. Emosi dapat mereda saat
diakui, saat orang lain mengiyakan bagaimana perasaan orang lain. Emosi
sifatnya sementara, sekalipun kita tahu bahwa emosi seseorang sudah
meluap, kita tidak boleh melawannya yang justru akan membuat semakin
membesar dan tidak terkendali. Saat emosi diakui, lalu emosi mulai
menurun, sesungguhnya seseorang dapat menemukan solusinya sendiri. Maka
tugas kita, hanya akui perasaannya dengan berkata, “Mengapa bisa begitu?”,
“Ada apa sebenarnya?”.
- Beri pertanyaan. Pertanyaan
dapat membuka percakapan dan menunjukkan bahwa kita peduli dengannya
dengan mau mendengarnya.
- Tidak menyingkat pembicaraan. Kesalahan
besar saat bercakap dengan orang lain yaitu dengan menanggapi seadanya dan
singkat, seperti “Aku sudah tahu.”, “Ok.”, “Semoga ya.”, “Nggak apa-apa.”
disaat orang lain sebenarnya menginginkan penguraian yang lebih luas.
Misalnya, saat orang lain bercerita meminta tolong agar diberi info
lowongan kerja jika ada, lalu kita merespon “Semoga cepat dapat kerja
ya.”, lebih bagus jika menunjukkan empati dengan merespon “Apa rencamu
kedepan untuk mencari solusi alternatif selama belum dapat kerja?” atau
“Ayo minum kopi yuk sambil cerita-cerita lebih lagi.”. Cobalah membayangan
apa yang orang lain sedang rasakan daripada memikirkan apa yang sedang ia
butuhkan. Contoh diatas menunjukkan sebenarnya orang lain itu bisa mencari
info lowongan sendiri, yang ia butuhkan adalah kepedulian orang lain untuk
merasakan apa sedang dirasakannya.
Comments
Post a Comment