EMPATI
Celestine Chua, Master Manajemen Pemasaran dari NUS Sekolah Bisnis-Singapore, mennguraikan tentang Apa arti empati. Empati merupakan kemampuan untuk memahami dan berbagi rasa antar satu manusia dengan lainnya. Kemampuan untuk mengerti cara orang lain berpikir dan merasakan, lalu mencoba menghubungkan dengan situasi yang ada yang diri kita sendiri sedang tidak menjalani dan merasakannya. Jika dengan sesama kita memiliki empati, kita akan mudah berbagi tanpa merasa khawatir dan takut akan penilaian orang lain tentang apa masalah yang sedang kita hadapi. Saat ada empati diantara sesama, empati lah yang akan menjaga perasaan satu sama lain tetap nyaman. Bahkan, antar sesama akan mudah saling membantu tiap masalah yang ada dan semakin menguatkan ikatan pertemanan, persaudaraan, dsb. Empatilah yang akan menjadi media pelepasan emosi dan pikiran yang sedang tidak sejalan.
Bagaimana cara memiliki empati?
  1. Pakailah sudut pandang orang lain, bukan menurut kita. Memberi tanggapan dan penilaian merupakan hal yang sangat mudah, karena menurut isi pikiran dan rasa diri sendiri. Tetapi ketika kita mencoba memakai ukuran dan sudut pandang yang berbeda, akan terasa sulit karena banyak hal yang kita tidak pahami akan kesulitan dan ujian menurut orang lain. Ada suatu wilayah permasalahan setiap orang yang akan sulit dipahami oleh orang lain. Kita sangat sulit untuk memperhatikan segala sesuatu secara detil tentang orang lain. Hal tersebutlah yang membuat, kita pun akan sulit juga untuk menyimpulkan dan tidak akan mudah berkomentar atau menilai semau kita.
  2. Tunjukkan kepedulian. Saat seseorang menceritakan masalahnya kepada kita artinya ia sedang merasa tidak baik dan membutuhkan dukungan emosi yang positif. Tanyakan, “Bagaimana perasaanmu?”, “Apa ada sesuatu yang bisa aku lakukan untukmu?”. Tawarkan waktu untuk saling berbicara dan mendengarkan.
  3. Mengikuti alur perasaan orang lain. Satu masalah besar saat berkomunikasi dengan orang lain adalah saat kita menyanggah apa yang orang lain yakini. Saat emosi orang dewasa sedang tinggi, kita tidak bisa melawannya atau menyanggahnya serta mengalihkannya, seperti “Masalah gitu aja kok, sudahlah.”, “Kamu harusnya begini, dsb.”. Emosi dapat mereda saat diakui, saat orang lain mengiyakan bagaimana perasaan orang lain. Emosi sifatnya sementara, sekalipun kita tahu bahwa emosi seseorang sudah meluap, kita tidak boleh melawannya yang justru akan membuat semakin membesar dan tidak terkendali. Saat emosi diakui, lalu emosi mulai menurun, sesungguhnya seseorang dapat menemukan solusinya sendiri. Maka tugas kita, hanya akui perasaannya dengan berkata, “Mengapa bisa begitu?”, “Ada apa sebenarnya?”.

  1. Beri pertanyaan. Pertanyaan dapat membuka percakapan dan menunjukkan bahwa kita peduli dengannya dengan mau mendengarnya.
  2. Jadilah cerminnya. Balaslah dengan hal yang sama. Saat teman menceritakan peristiwa sedihnya, ceritakan juga peristiwa sedih yang kita pernah alami. Saat orang lain bercerita dengan menatap mata, tataplah matanya. Saat ia memandang jauh, berikan ia jarak untuk membuatnya merasa nyaman. Saat ia tertawa, ikutlah tertawa.
  3. Tidak menyingkat pembicaraan. Kesalahan besar saat bercakap dengan orang lain yaitu dengan menanggapi seadanya dan singkat, seperti “Aku sudah tahu.”, “Ok.”, “Semoga ya.”, “Nggak apa-apa.” disaat orang lain sebenarnya menginginkan penguraian yang lebih luas. Misalnya, saat orang lain bercerita meminta tolong agar diberi info lowongan kerja jika ada, lalu kita merespon “Semoga cepat dapat kerja ya.”, lebih bagus jika menunjukkan empati dengan merespon “Apa rencamu kedepan untuk mencari solusi alternatif selama belum dapat kerja?” atau “Ayo minum kopi yuk sambil cerita-cerita lebih lagi.”. Cobalah membayangan apa yang orang lain sedang rasakan daripada memikirkan apa yang sedang ia butuhkan. Contoh diatas menunjukkan sebenarnya orang lain itu bisa mencari info lowongan sendiri, yang ia butuhkan adalah kepedulian orang lain untuk merasakan apa sedang dirasakannya.
Tidak menilai. Penilaian dapat mengakhiri suatu percakapan dan hubungan. Mengapa? Karena kita tidak pernah tahu persis seberat apa dan sejauh mana perjuangan seseorang, lalu ketika kita menilai, hal ini akan mudah membuat seseorang tersinggung akan adanya sesuatu yang tidak sama antara bagaimana penilaian kita dengan bagaimana menurutnya. Lebih baik kita menunjukkan peluang dan manfaat yang ia bisa raih. Misalnya, saat anak gagal mendapat juara, lalu kita mengucapkan, “Punyanya lebih bagus dari punyamu, pantas saja juara.” lebih baik diubah menjadi, “Tahun depan dicoba lagi ya, pasti bisa lebih bagus.”

Comments

Popular posts from this blog

Cara Meningkatkan Jiwa Kompetitif

ANAK MANDIRI SEJAK DINI

Meningkatkan Motivasi Belajar