SETIAP CERITA BERAWAL DI RUMAH
Bapak… Ibu…Putra-putri Anda dihargai di masyarakat? Ya, itu putra-putri Anda. Putra-putri Anda dihormati banyak orang? Ya, itu putra-putri Anda. Putra-putri Anda dibutuhkan oleh banyak orang? Ya, itu putra-putri Anda. Putra-putri Anda dinilai remeh di masyarakat? Ya, itu putra-putri Anda. Putra-putri Anda seolah tidak terlihat di masyarakat? Ya, itu putra-putri Anda. Termasuk yang manakah keadaan putra-putri Anda? Mengapa demikian? Karena putra-putri Anda adalah generasi Anda. Mereka adalah bukti keberadaan Anda. Ya, Anda. Anda sebagai orangtua yang diberi ujian oleh Sang Maha untuk mempertanggungjawabkan keberadaannya.
            Mengutip Surat An-Nisa ayat 9: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap kesejahteraan mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” Ayat tersebut menjelaskan akan lemah kuatnya anak adalah kewajiban orangtuanya. Kuat lemah tersebut dapat meliputi seluruh aspek anak sebagai manusia, baik dari sisi psikologisnya, fisiknya maupun kecerdasannya. Dilain sisi, orangtua juga selalu khawatir akan kesejahteraan anaknya. Tentunya, kesejahteraan yang meliputi berbagai segi, bukan hanya dari kecukupan ekonomi.
Para orangtua memenuhi kekuatan dan pemenuhan kesejahteraan secara materi anak dengan cara bekerja. Lalu, para orangtua berharap dapat memenuhi segi lainnya dengan jalan perantara ketiga yaitu sekolah. Mengapa? Stigma sekolah merupakan sebagai pusat pendidikan. Ketika kami mempertanyakan, Siapa yang tahu dengan Pendidikan? Kami menemui banyak definisi. Sehingga pada akhirnya pun kami kembalikan pada hal yang sederhana dan mendasar. Siapa yang tahu? Bukan Profesor. Bukan pula Guru. Jawabnya adalah Ibu. Seorang Ibulah yang tahu persis tentang pendidikan. Ibu yang secara kodrati memiliki kewajiban mengandung dan melahirkan seorang anak manusia. Ibu berusaha menjaga roh manusia sejak didalam tubuhnya. Ibu berusaha menjaga berbagai segi kebutuhan anaknya sejak didalam kandungan. Ibu yang pertama kali peduli akan perkembangan sesosok anak manusia sejak berupa gumpalan darah. Ibu yang pertama merasakan sakit dan lelahnya ketika diamanahi seorang anak sejak dalam kandungan, sehingga Ibulah juga yang berusaha menemukan solusi untuk tegar melewatinya. Itulah arti sederhana akan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu usaha terhadap sesama manusia untuk menjadikannya lebih baik.
Lantas, mengapa para orangtua selalu panik jika dihubungkan tentang sekolah? Akan bersekolah di usia berapa putra-putrinya kelak? Sejak Taman Bermainkah, PAUDkah? Tanpa TKkah? Sekolah berbasis Agamakah? Sekolah bertaraf Internasionalkah dengan menggunakan multi bahasa? Sekolah fullday-kah? Berkuliah di Perguruan Tinggi Negerikah? Menjuruskan putra-putrinya ke Fakultas Ekonomikah agar berhasil kelak? Bapak…Ibu…Ingatlah, masa depan mereka berawal di genggaman tangan Anda. Lalu, yang lain sebagai apa? Lembaga-lembaga pendidikan hanya sebagai fasilitas bagi mereka. Bapak/ Ibu coba bayangkan, secanggih-canggihnya memiliki Handphone jika penggunanya bodoh, tetaplah Handphone tersebut hanya akan dipakai untuk bertelepon saja. Begitupula seorang anak, dengan bagaimanapun sekolah yang Anda percaya untuk menyekolahkannya sebagai fasilitas pendidikannya, tetaplah hanya sebuah tempat yang jauh dari visi-misinya jika Anda sebagai orangtua tidak bersikap tepat dan seirama dengan lembaga tersebut.
Apapun sekolahnya, kebutuhan masing-masing anak adalah pijakannya. Lembaga pendidikan adalah panjang tangan Anda untuk membantu memenuhi kebutuhan putra-putri Anda. Guru-guru mereka adalah mata Anda diluar rumah. Apapun visi misi suatu lembaga, yang terpenting adalah dapat mengembangkan semua segi seorang anak baik EQ dan IQ nya. Dan yang mendominasi kesuksesan seseorang adalah penguasaan segi EQ nya (kemampuan membawa diri) daripada IQnya (kecerdasan intelektual). Maka, Bapak/ Ibu waspadalah terhadap semua segi putra-putri Anda, bukan hanya pada prestasi sekolahnya. Mengapa hingga Menteri Pendidikan menghapus sistem Rangking di sekolah? Karena Rangking menciptakan ketidakadilan. Apakah adil jika ada Gajah, Burung dan Ular harus bisa terbang semua? Tidak. Setiap mereka memiliki potensi yang berbeda, begitupun juga seorang anak dengan berbagai potensinya yang tidak selalu pada bidang akademik. Berdamailah dengan segala kekurangan dan kelebihan putra-putri Anda. Keberhasilan lembaga pendidikan bukan satu-satunya tolak ukur keberhasilan putra-putri Anda melainkan bagaimana seorang anak mampu membawa diri di berbagai situasi dan kondisi. Di fase inilah peran orangtua harus aktif dan cermat, abaikan sejenak daftar angka-angka atau nilai-nilai hasil belajarnya karena mereka juga harus belajar akan kehidupan yang kelak Anda tidak akan selalu bisa mengawasinya karena keterbatasan usia. Bekalilah putra-putri Anda lebih dari sebuah angka. Karena sejatinya suatu pendidikan ada di tangan para orangtua, terutama seorang Ibu.
Apakah seorang Ibu menjalankan perannya dengan baik harus berada dirumah? Apakah dipandang sebagai suatu masalah jika seorang Ibu juga bekerja untuk menopang kekurangan ekonomi keluarganya? Salahkah andai Ibu berkegiatan diluar rumah dan tidak memiliki banyak waktu untuk putra-putrinya? Apakah Ibu yang dirumah pasti bisa menjamin memberi keteladanan yang tepat? Bagaimana jika Anda melihat Ibu dirumah yang selalu penuh dengan emosi negatif dibanding Ibu pekerja yang bersikap manis disetiap sela waktu yang Beliau punya? Manakah yang lebih lebih baik? Yang lebih baik terletak pada adanya kesadaran orangtua akan peran dan fungsinya, entah sebagai Ibu Rumah Tangga maupun sebagai Ibu pekerja. Kesadaran tersebut tidak hanya pada ukuran waktu seberapa lama mendampingi putra-putrinya melainkan bagaimana mengefektifkan waktu yang ada untuk kebutuhan yang ada. Menjadi Ibu memang tidak mudah, tetapi menjadi Ibu cerdas adalah pilihan. Kecerdasan Anda akan berdampak pada putra-putri Anda. Benar ada pepatah berbunyi, “Buah kelapa tidak akan jauh jatuh dari pohonnya”. Bagaimana mungkin anak dapat berubah menjadi A jika orangtuanya menjadi B? Pendidikan adalah keteladanan. Mari Bapak/ Ibu, berfastabiqul khoirat, berlomba-lomba memberi keteladanan bagi anak-anak yang masih suci dan polos akan hitam putihnya kehidupan dunia agar mereka kelak dapat memilah dan memilih yang baik baginya.

‘Senyum anak Anda dirumah adalah tanda keberhasilan Anda’

Comments

Popular posts from this blog

Cara Meningkatkan Jiwa Kompetitif

ANAK MANDIRI SEJAK DINI

Meningkatkan Motivasi Belajar